Selasa, 19 Februari 2013

makalah tps






BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaat hasi-hasil teknologi dalam proses belajar. Para pendidik dituntut agar mampu menggunakan model pembelajaran yang efektif sehinggga dapat diaplikasikan di sekolah dan tidak tertutup kemungkinan bahwa berbagai model pebelajaran  tersebut merupakan salah satu faktor penunjang yang penting dalam proses peningkatan kualitas belajar mengajar.
Untuk mencapai tingkat efisien dan efektivitas yang memadai, salah satu usaha yang perlu dilakukan adalah mengurangi sistem penyampain bahan pelajaran yang bersifat konvensional dan monoton ke arah yang lebih baik dengan indicator siswa belajar secara bermakna dengan aktivitas tinggi dalam suasana nyaman-menyenangkan sehingga dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai.
Model-model  pebelajaran dibuat untuk membantu para pendidik menyampaikan berbagai materi tersusun secara rapi yang dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai macam model pembelajran yang disajikan didalam proses belajar mengajar yang dapat membantu perkembangan pendidikan yang lebih maju, sehingga kompetensi dasar belajar tercapai dengan baik.
Adanya model-model pembelajaran yang diterapkan untuk pembelajaran matematika yang tidak tepat eksekusinya, malah menjadi bencana bagi para pendidik. Oleh sebab itu, penting sekali bagi para pendidik dan calon pendidik mengetahui model pembelajaran  seperti apa yang tepat dan efektif untuk disampaikan atau diaplikasikan kepada siswa.
Berdasarkan kondisi di atas penulis tertarik untuk mengkaji dan memberikan pengetahuan kepada para pendidik dan calon pendidik, agar bisa mengaplikasikan model pembelajran yang tepat dan  efektif untuk pembelajaran matematika. Inilah yang menjadi studi penulis dalam makalah ini.



B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian model pembelajaran?
2.    Apa kriteria dan prinsip model pembelajaran TPS ?
3.    Apa peranan & kegunaan model pembelajaran TPS pada pembelajaran matematika?

C.      Tujuan Penulisan Makalah
1.      Memahami pengertian model pembelajaran.
2.      Memahami kriteria dan prinsip model pembelajaran TPS.
3.      Mengetahui peranan & kegunaan model pembelajaran TPS pada pembelajaran matematika.

D.      Manfaat Penulisan Penulisan Makalah
1.    Bagi Calon Tenaga Pendidik
Sebagai bahan masukan bagi calon tenaga pendidik mengenai penggunaan model TPS pada pembelajaran matematika yang efektif bagi belajar siswa
2.    Bagi Dosen
Sebagai masukan bagi dosen apabila ada hal yang belum sesuai materinya dengan yang dosen ketahui. Selain itu, bisa memberikan saran dan kritikan atas selesainya makalah ini apabila materinya ada yang tidak sesuai harapan.
3.    Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai masukan yang dapat digunakan dalam rangka memperbaiki kualitas model pembelajaran yang efektif bagi siswa di lingkungan sekolah

E.       Sistematika Penulisan Makalah
Pada Bab I Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah yang ditujukan bagi calon tenaga pendidik, dosen, dan lembaga pendidikan. Serta sistematika penulisan makalah.
Bab II Pembahasan membahas tentang pengertian model pembelajaran TPS dan pembelajaran matematika, kriteria dan prinsip model pembelajaran, peranan dan kegunaan model pembelajaran, fungsi model TPS dalam pembelajaran matematika, model pembelajaran matematika sarana efektif belajar siswa, kelebihan dan kekurangan menggunakan model TPS dalam pembelajaran matematika.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Model Pembelajaran TPS
*        Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentudan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. (Herman Hudoyo, 2001:113).
Model pembelajaran adalah  cara  digunakan oleh guru dalam  rangka membantu peserta didik untuk  mencapai tujuan pebelajaran tertentu. Model pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program  pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Banyak terdapat pendekatan kooperatif yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda setiap anggota dalam menyelesaikan tugas kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencari ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan (Slavin, 1995:6).
Setiap siswa dalam pembelajaran kooperatif mempunyai tanggung jawab individu maupun kelompok terhadap tugsa-tugas. Apabila dibandingkan dengan pembelajaran individual, pembelajaran kooperatif lebih dapat mencapai kesuksesan akademik dan sosial siswa.
Model Pembelajaran kooperatif  merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Kooperatif itu sendiri adalah keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian. Keterampilan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran kooperatif yaitu Berbagi tugas, mengambil bagian, tetap berada dalam tugas, mengajukan pertanyaan, mendengar dengan aktif, bekerja sama, membantu tema. (Yatim Riyanto, 2009:267-268).
Pada kegiatan pembelajaran kooperatif sekelompok siswa belajar dengan porsi utamanya mendiskusikan tugas-tugsa matematika, dalam arti saling membantu menyelesaikan tugas ataupun menyelesaikan masalah.
Kegitan kelompok kooperatif terkait dengan banyaknya pendekatan atau metode seperti belajar kooperatif adalah suatu jenis belajar kelompok dengan khusussan sebagai berikut;
-            Setiap anggota terdiri atas anggota-anggota yang heterogen,(kemapuan, jenis kelamin, dll)
-            Ada ketergantungan yang positif diantara anggota-anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan melaksanakan tugas kelompok dan akan diberi tugsa individual (tugas tidak selalu berupa tugas mengerjakan soal, dapat juga memahami materi pelajaran, sedeikian sehingga dapat menjelaskan materi itu).
-            Kepemimpinan dipegang bersama, tetapi ada pembagian tugas selain kepemimpinan.
-            Guru mengamati kerja kelompok dan bila perlu melakukan intervensi.
-            Setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompok.
Dengan teknik belajar mengajar Think Pair Share yang disebut Fogarty dan Robin yaitu  siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi.
Penjelasan Slavin mengenai pembelajaran kooperatif Think Pair Share ( TPS ) adalah berikut :
“Think Pair Share this simple but very useful method was developed by Frank Lyman of the University of  Maryland. When the teacher present a lesson to the class, students sit in pairs within their teams. The teacher poses question to the class”. ( Think Pair Share ini adalah metode yang sederhana tetapi sangatlah bermanfaat yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland. Ketika guru menjelaskan pelajaran di depan kelas, siswa duduk secara berpasangan dalam kelompoknya. Lalu guru memberikan pertanyaaan, siswa diintruksikan untuk memberikan jawabanya secara mandiri untuk beberapa saat, lalu bepasangan dengan temannya untuk endapatkan kesepakatan mengenai jawaban. Pada akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi dengan teman sekelasnya.

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model dari pebelajaran kooperatif yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain serta merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dari teori kontrukivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok (berpasangan).

Penjelasan slavin (1995:132) dalam skripsi ( Didin, 2007:25-26 ) mengenai pembelajaran koorperatif  adalah : “think-pair-share ini adalah mtode yang sederhana tetapi sangatlah bermanfaat yang dikembangkan oleh frank lyman dari universitas maryland. Ketika guru menjelaskan pelajaran di depan kelas, siswa duduk secara berpasangan dalam kelompoknya. Lalu guru memberikan pertanyaan siswa di intruksikan untuk memikirkan jawaban secara mandiri untuk beberapa saat,lalu berpasangan dengan temanya untuk mendapatkan kesempatan mengenai jawaban. Dan pada akhirnya guru meminta siswa berbagi dengan teman sekelas.

Dengan model Pemebelajaran Thnink Pair Share  akan  menciptakan  kondisi lingkungan didalam kelas yang saling mendukung melalui belajar secara kooperatif dalam kelompok kecil, serta diskusi kelompok dalam kelas. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan tersebut kepada siswa yang membutuhkan dan setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam dalam kelompoknya serta memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

Sebagaimana dikutip oleh (Atik widarti :2007) dalam skripsi ( Sanuri, 2012:24-25 ) menyatakan manfaat Think – pair – share sebagai berikut :
a.         Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengar satu salam lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think – pair – share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasanganya.para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
b.        Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir ketika mengunakan Think – pair – share. Mereka dapat berkosentrasi mendengar jawaban siswa, mengamati reaksi siswa,dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.
B.       Kriteria dan Prinsip Model Pembelajaran TPS
*        Prinsip Model Pembelajaran TPS
Sebelum kita mengetahui dan   membahas prinsip dari model pembelajaran TPS terlebih dahulu dan alangkah baiknya kita ketahui prinsip dari pengajaran itu sendiri, yaitu kegiatan belajar mengajar dikelas guru umumnya tidak hanya menggunakan satu pendekatan ataupun model mengajar, tetapi menggunakan beberapa model yang harus diaplikasikan oleh guru sesuai dengan materi yang akan diajarkan supaya hasil belajar siswa meningkat lebih baik dari yang sebelumnya. Adapun prinsip pengajaran diantaranya; Perkembangan, perbedaan individu, minat dan kebutuhan, aktifitas, serta motivasi.

Ada beberapa prinsip yang  perlu diperhatikan dalam model pembelajaran, yaitu :
1.        Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri dan saling bekerja sama dalam kelompok.

2.        Tanggung jawab perseorangan
Seorang guru dalam pembelajaran kooperatif perlu membuat tugas sedeikian rupa agar setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar dan mengembangkan kemampuan mereka masing-masing sebagai sumbang saran dalam kelompok untuk mencapai kesuksesan bersama.
3.        Tatap muka
Setiap kelompok haru diberi kesempatan untuk bertemu nuka dan berdiskusi, sehingga mengenal dan menerima atau sama lainnya dalam kegiatan tatap muka dan interaksi antar pribadi.

4.        Kounikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibelikan dengan keterampilan berkomunikasi, karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

5.        Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif.

C.      Langkah – Langkah Model Pembelajaran TPS
Teknik Think Pairs Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu lebih banyak untuk lebih banyak berfikir, yaitu bekerja dan menjawab sendiri soal atau permasalahan yang diberikan oleh guru sebelum bekerja sama dan berbagi ide maupun informasi dengan teman kelompoknya. Jika seorang siswa telah memikirkan penyelesaian dari masalah tersebut, maka siswa tersebut harus berbagi idenya dengan teman atau pasangannya dan mendiskusikan hingga mendapatkan kesepakatan. Jika kesepakatan mengenai penyelesaian dari suatu soal telah diperoleh, mereka dapat membagi idenya dengan pasangan lain ataupun dengan teman sekelas.


Tahapan-tahapan dalam teknik Think Pairs Share meliputi :
1.                  Pembagian kelompok secara berpasangan dan heterogrn berdasarkan nilai awal mereka, kemudian siswa duduk bersama dengan kelompoknya, selanjutnya guru menyajikan materi dan soal-soal yang berkaitan dengan materi yang disampaikan tersebut.

2.                  Setiap siswa diminta untuk berfikir dan mengerjakan soal tersebut secara mandiri untuk beberapa saat, kemudian guru guru meminta siswa berpasangan dengan kelompoknya untuk mendiskusikan dan berbagi ide-ide yang difikirkan berkaitan dengan jawaban.


3.                  Pembahasan soal dilakukan secara berkelompok  selanjutnya kelompok dipilih secara acak untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang penyelesaian soal yang telah mereka sepakati, sedangkan kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan mengeluarkan idenya.

4.                  Pada akhir pembahasan selesai dilakukan, siswa diberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari.

Lankah-langkah menurut Trianto ( 2011 : 81-82 )
1.      Thinking (Berpikir)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajara, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
2.      Pairing ( Berpasangan )
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasikan. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
3.      Sharing ( Berbagi )
Pada langkah akhir, guru meminta pasang-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.

Langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair Share ( TPS ) yaitu;
1.    Langkah Pertama ;
a.         Pendahuluan
Persiapan ;
-        guru melakukan  apersepsi
-        guru menjelaskan tentang pebelajaran TPS
-        guru menyapaikan tujuan pembelajaran
-        guru memberikan motivasi
b.        Pelaksanaan Pembelajaran Tipe TPS
-        Menyampaikan pertanyaan : guru menyapaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan dilaksanakan.
-        Sswa memperhatikan atau mendengarkan dengan aktif penjelasan dan pertanyaan dari guru.

2.       Langkah kedua ;
-        Berpikir: siswa berpikir secara individual.
-        Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meinta siswa untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing.
3.         Langkah ketiga ;
-          Berpasangan : setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan.
-          Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya, pelaksanaa model ini dapat dilengkapi dengan LKS sebagai lembar kerja, kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
4.      Langkah keempat ;
-        Berbagi : siswa berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas.
-        Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas. Individual/ kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
-          Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan, dan memberikan pujian bagi kelompok yang berhasil baik dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik (jika ada).
5.    Penutup ;
-        Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari materi yang telah didiskusikan.
-        Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.
-        Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal evaluasi.
Agar siswa dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompok perlu diajarkan keterampilan keterampilan kooperatif pada peserta didik, yang hasur dilakukan yaitu;
-          Berada dalam tugas : siswa tetap berada dalam kerja kelompok, meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan maletih keterampilan ini siswa akan menyelesaikan tugas dalam waktu yang tepat dengan karakteristik yang lebih baik.
-          Mengambil giliran dan berbagi tugas : siswa bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas sehingga kegiatan akan terselesaikan pada waktunya.
-          Mendorong partisipasi : motivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi tugas kelompok.
-          Mendengarkan dengan aktif :  Memperhatika informasi yang disampaikan teman dan menghargai pendapat teman sehingga anggota kelompok yang menjadi pembicara akan merasa senang karena apa yang mereka sumbangkan itu berharga.
-          Bertanya : siswa menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok. Apabila teman sekelompok tidak tahu jawabannya, baru mananyakan pada guru. Hal ini penting karena siswa yang pasif dapat didorong untuk ikut aktif.


D.      Pembelajaran Matematika
Dalam  pembelajaran  matematika diperlukan langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan metode yang cocok diantaranya pembelajaran kooperatif Think Pairs Share agar siswa befikir kritis, logis dan dapat memecahkan masalah dengan sikap yang terbuka, kreatif dan inovatif serta tidak membosankan suasana didalam kelas. Sehingga pembelajaran matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to life together.
Dengan pembelajaran kooperatif Think Pairs Share diharapkan siswa mampu berfikir kritis, logis, dan sistematis serta siswa dapat memahami keterkaitan kooperatif tipe Think Pairs Share juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah matematika dan dapt meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa, sehingga pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran Think Pairs Share dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan asalah matematika.
Belajar matematika tidak sekedar learning to know, tetapi harus ditingkatkan meliputi learning to do, learning to be, sehingga pengajaran matematika perlu diperbarui menjadi pemebelajaran matematika yaitu siswa yang harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut ( johnson dan myklebust, 1967 : 244 ) dalam buku (  Mulyono. 1999: 252 ), matematika adalah bahasa simbolis yang yang fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan – hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lerner (1998 :430),  matematika merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan,mencatat,dan mengkomunikasikan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah pengunaan cara bernalar deduktif,tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.
Dalam  matematika kita juga mengenal istilah model matematika yaitu sebuah model yang bagian-bagiannya terdiri dari konsep matematika, seperti ketetapan (konstanta), variabel, fungsi, persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya. (Trianto, 2011:22).
Kegunaan matematika tidak hanya tertuju pada peningkatan kemampuan untuk perhitungan kuantitatif, tetapi juga untuk penataan cara berpikir dan khususnya dalam hal pembentukan kemampuan analitis, membuat sintesis,  serta evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila matematika dikatakan memiliki peran ganda, yakni sebagai “ratu” dan sebagai “pelayan” (Suhito, 2003:2-3).
Berdasarkan kegunaan-kegunaan matematika yang telah dikemukakan inilah, matematika perlu diberikan kepada peserta didik pada setiap jenjang pendidikan. Untuk keperluan penyampaian objek-objek matematika yang abstrak kepada peserta didik diperlukan system penyampaian objek matematika. Sistem ini harus mempertimbangkan kesiapan, kemampuan serta tingkat perkembangan intelektual peserta didik. Sistem yang dimaksud ini dikenal dengan sebutan pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika itu sendiri adalah suatu proses yang diselengarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikansuatu masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Pembelajaran kooperatif akan membantu siswa dalam membangun sikap positif dalam pembelajaran matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah matematika,sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan raa cemas terhadap matematika yang banyak dialami para siswa.
Melalui pembelajaran matematika diharapkan dapat dicapai dua sasaran pembelajaran, yakni sasaran yang berkaitan dengan efek pembelajaran (instructional effect) dan sasaran yang berkaitan dengan efek sampingan (nurturan effect) (Suhito, 2003:4). Kedua sasaran tersebut dapat dicapai apabila peserta didik diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar matematika (doing math) secara holistik dan komprehensif. Belajar matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan menjadi learning to do, learning to be, hingga learning to live together.

E.       Aplikasi Model Pembelajaran TPS dalam Pembelajaran Statistika Matematika
Statistika yaitu ilmu pengetahuan tentang data, seperti pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, penganalisisan data, dan penyimpulan data. Data adalah suatu informasi yang diperolah dari hasil pengamatan atau penelitian. Statistika banyak digunakan untuk urusan negara, seperti perhitungan jumlah penduduk, untuk urusan bisnis, komunikasi, dan lain sebagainya. (Cucun Canayah , 2005:173). Menurut Riduwan (2010) bahwa Statistika adalah ilmu terdiri dari teori dan metode yang merupakan cabang dari matematika terapan dan membicarakan tentang: bagaimana mengumpulkan data, bagaimana meringkas data, mengolah dan menyajikan data, bagaimana menarik kesimpulan dari hasil analisis, bagaimana menentukan keputusan dalam batas-batas resiko tertentu berdasarkan strategi yang ada, dengan begitu statistika suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan data statistik dan fakta yang benar.
Pembelajaran Statistika Matematika dalam kehidupan sehari-hari digambarkan seperti berikut; (untuk mengetahui rasa dari suatu semangkuk sayur, seseorang tidak perlu merasakan atau menghabiskan seluruh isi mangkuk tersebut. Cukup diambil sedikit saja untuk mengetahui rasa dari keseluruhan makanan. Sedikit makanan yang dicicipi tersebut, dalam statistika biasa disebut sebagai sampel, sedangkan seluruh sayur dalam mangkuk tersebut populasi. ( sukino dan wilson , 2006 : 102 ).
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, menurut saya model pembelajaran Think Pairs Share ( TPS ) yang tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran statistika matematika, agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Think Pair Share adalah salah satu tipe dalam pembelajaran kooperaif, yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk mengajar matematika. Dalam Think Pair Share memiliki keistimewaan, yaitu siswa selain bisa engembangkan kemampuan individu sendiri, juga bisa mengembangkan kemampuan berkelompoknya. Think Pair Share digunakan dalam pelajaran matematika, dengan tujuan membantu siswa mengtasi masalah-masalah maematika, sehingga hasil belajar yang diperoleh bisa meningkat.

Berikut cara yang dilkukan didalam kelas saat proses pembelajaraan statistika berlangsung, yang dilakukan pertama kali oleh guru adalah mencari pasangan kelompok untuk siswa, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Berikut cara-cara mencari pasangan.

Mencari pasangan
  1. Buat kartu-kartu yang berpasangan. Misalnya : nama presiden negara, nama raja-kerajaan, nama candi-tempat, nama organisasi –tokoh, nama lagu-daerah asal, dan lain-lain.
  2. Tiap anak pegang satu kartu dan ditunjukan keteman-temannya.
  3. Siswa mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang dibawanya.
  4. Siswa berdiskusi sebentar untuk menjelaskan tentang pasangan kartu tersebut. (yatim riyanto, 2009:267).

Setelah guru selesai mencari pasangan untuk semua siswa, dilanjutkan dengan;

a.     menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu guru menyampaikan materi yang berupa data statistika dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh siswa dan siswa mudah untuk mengerjakannya. Misalnya dalam statistika guru memberika tugas pelajaran statistika berkaitan atau diterapkan dengan kehidupan nyata untuk masing-masing kelompok, untuk permasalahan yang telah ditetapkan akan dibuat data yang berupa penyajian data kuantitafif ( data yang berupa angka) atau data kualitatif ( data yang berhubungan dengan kategori yang berupa kata-kata, bukan angka ), selanjutnya dari data tersebut dicari nilai dari ( mean, median, modus ) dan untuk penyajian data yang telah didapatkan, disajikan dalam bentuk tabel seperti tabel frekuensi, diagram batang, diagram garis, diagram lingkaran, atau diagram gambar.

b.    Setelah selesai menjelaskan sampai semua siswa mengerti dan paham apa yang harus dilakukan kelompoknya nanti, selanjutnya siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi/ permasalahan yang disampaikan guru secara individual. Kemudian siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing tentang topiknya tadi yang sudah diberikan oleh guru.

c.     Selanjutnya tiap kelompok pasangan mengemukakan hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan seluruh siswa dikelas. Berawal dari kegiatan tersebut  guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permaslahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

d.    Kemudian guru memberi kesimpulan atas hasil yang sudah diraih para siswa karena mereka sudah mau bekerja dan tanggung jawab atas kelompoknya ataupun dirinya sendiri, dan pada akhir jam pelajaran ditutup dengan kata yang bisa memberi semangat belajar untuk semua siswa.

Pada intinya dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagia macam model pembelajaran yang harus diperhatikan adalah cara guru mengolah kelas, membimbing sebuah diskusi besar ataupun dalam kelompok kecil dan mampu memberikan penguatan, seorang guru harus mempunyai keterampila dalam bidang tersebut, karena jika guru tidak mempunyai keterapilan seperti itu, walaupun model tersebut sangat cocok dengan pelajaran yang diajarkan  menyebabkan  tidak akan berhasil dengan baik ataupun dampak pada siswa akan tambah bingung dan tidak mengerti apa yang dijarkan oleh guru tersebut. Jadi sebagai guru harus pandai-pandai mengelolah semua yang jadi kewajibannnya.

F.       Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Model Pembelajaran TPS dalam Pembelajaran Matematika
Setiap model pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih model yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan model pembelajaran akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan  pembelajaran.
*        Adapun kelebihan menggunakan model pembelajaran TPS antara lain:
Menurut Saifuddin ( 2007:19 )
a)         Siswa lebih aktif dalam pembelajaran,
b)        Menumbuhkan sikap bertanggung jawab,
c)         Meningkatkan daya pikir siswa,
d)        Pembahasan lebih terfokus.

Menurut ( Fogarty dan Robin 1996 ) dalam skripsi ( Sanuri , 2012:25 )
a)         Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,
b)        Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran,
c)         Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.

*        Adapun kekurangan dalam penggunaan model pembelajaran TPS antara lain:
a)         Mengandalkan pada salah satu anggota kelompok,
b)        Waktu yang dibutuhkan semakin banyak,
c)         Kurang memahami materi kelompok lain,
d)        Mengabaikan kelompok lain ketika sedang mempresentasikan laporannya.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Model pembelajaran Think Pairs Share adalah salah satu jenis pemebelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dimana dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir ( Thinking ), merespon dan saling membantu, bekerjasama dengan teman kelompoknya ataupun dengan teman sekelasnya. Langkah penyajiannya dimulai dengan guru menyampaikan materi, kemudian guru memberikan permasalahan, selanjutnya yang jadi pekerjaan siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan tersebut ( Think ), guru meminta siswa berpasang-pasangan untuk berdiskusi dan mengintegrasikan jawaban mereka ( Pairs ), kemudian beberapa pasangan siswa mempresentasikan hasil jawaban yang telah mereka dapatkan kepada siswa lainnya didepan kelas ( Share ).

B.       Saran

Pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran Think Pair Share dapat digunakan sebagai pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah. Dalam proses pembelajaran masih memerlukan adanya perbaikan yaitu guru dapat lebih memberikan pengarahan kepada kelompok dan kepada tiap individu yang masih mengalami kesulitan, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan motivasi siswa agar siswa antusias dalam pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih tertib, terkendali, dan kondusif.









DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GRUOP.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GRUOP.
Hamzah B. Uno. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: PT BUMI AKSARA
Rianto, yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GRUOP.
Aeni Nurhidayah. 2011. Skripsi. Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajran TPS Pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Kelas VII SMP.
Didin Saefuddin. 2007. Skripsi. Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Yang enggunakan Metode Kooperatif TPS Dengan Metode Ekspositori
Sanuri. 2012. Skripsi. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif NHT Dengan TPS Pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga.
Cunayah, Cucun. 2005. Ringkasan dan Bank Soal Matematika. Bandung: CV. YRAMA WIDYA
Sukino dan Wilson Simangunsong. 2006. Matematika untuk SMP kelas IX. Jakarta : Erlangga
Hudoyo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pebelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang.
Slavin, Robert. 1995. Cooperatif Learning. Boston: Allyn Bacon
http///:www.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar