Selasa, 19 Februari 2013

peranan filsafat pendidikan


Peranan Filsafat Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat pendidikan merupakan suatu lapangan studi yang mengarahkan surat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada  fungsi tugas normative ilmiah yaitu kegiatan memutuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsepsi tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta itu moral pendidikannya, kegiatan merumuskan system atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidik atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan atau pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara.
Indonesia masih banyak pengajar-pengajar atau pendidik-pendidik yang mempunyai kendala dalam pendidikan atau belajar-mengajar. Salah satunya yaitu ketidak pahaman para peserta didik dalam menerima pelajaran dari pendidik. Hal ini dikarenakan pendidik belum menerapkan poin-poin yang ada dalam sejarah filsafat pendidikan.
Pada kenyataannya filsafat pendidikan seharusnya diterapkan dalam bidang politik, sosial, agama maupun ekonomi. Terutama dalam bidang pengajaran yang ada dalam sekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Karena dalam filsafa pendidikan membahas cakupan yang lebih luas dan lebih mendalam (radix) dan melalui pendekatan filosofis atau pola-pola pemkiran.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    FILSAFAT
Theodore Brameld dalam bukunya menyatakan salah satu definisi filsafat adalah “the discipline concerned with the formulation of pricise meaning,” dimana menimbulkan kemungkinan suatu istilah yang sama diartikan yang berbeda dan sebaliknya. Tentang nilai yang disebut sebagai ethos, maka definisi filsafat adalah ‘the symbolic expression of culture.” Sehingga arti sesuatu konsep tidak berarti sendiri dan selalu dikaitakn dan berkaitan dengan latar belakang filsafat dan kebudayaannya.[1]
Filsafat Umum dan Khusus
Filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Filsafat Umum atau Filsafat Murni dan Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.

Filsafat umum mempunyai objek
(1)   Hakikat kenyatan segala sesuatu (Metafisiska), yang termasuk didalamnya hakikat kenyataan secara keseluruhan (Ontologi), kenyataan tentang alam atau kosmos(Kosmologi), kenyataan tentang manusia (Humanologi), dan Kenyataan tentang Tuhan (Teologi)
(2)   Hakikat mengetahui kenyataan (Epistomologi)
(3)   Hakikat menyusun kesimpulan pengetahuan tentang kenyataan (Logika)
(4)   Hakikat menilai kenyataan (Aksiologi), antara lain tentang hakikat nilai yang berhubungan dengan baik dan jahat (etika) serta nilai yang berhubungan dengan indah dan buruk (Estetika).
Filsafat Khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang penting.
Cabang-cabang Fisafat khusus antara lain sebagai berikut :
a.       Filsafat hukum
Yang menyelediki hukum sebagai suatu bentuk yang sangat khas dari pengawasan sosial dalam sebuah masyarakat yang terorganisasi berdasarkan politik yang dianut, bagaimana masyarakat tersebut mempertahankannya dan bagaimana pelaksanaannya melalui suatu proses yuridis dan administratif.
b.      Filsafat sejarah
Yang menyelidiki metafisika sejarah yang berkenaan dengan latar belakang, sebab-sebab dan hukum-hukum yang mendasar, makna dan motivasi perkembangan manusia sebagai makhluk sosial dalam batas-batas kausalitas psikofisik, serta logika sejarah yang berkenaan dengan pemahaman sejarah.
c.       Filsafat seni
Yang menyelidiki hakikat nilai-nilai estetis, yaitu nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam alam dan karya seni dalam segala bentuk dan maknanya.
d.      Filsafat moral
Menyelidiki makna tentang baik yang berhubungan dengan tujuan hidup, makna kewajiban yang berhubungan dengan hukum, dan makna kebajikan yang berhubungan dengan kesetujuan dan ketidaksetujuan.
e.       Filsafat sosial
Menyelidiki masalah keberadaan saling berhubungan anatara manusia dengan masyarakat, perangkat nilai-nilai asosiatif yang tertuju pada proses sosial yang terarah, kekuatan dan kekuasaan Negara, pengawasan sosialyang berkenaan dengan hukum dan hak, kewajiban politik dan keadilan.

f.       Filsafat olahraga
Menyelidiki hakikat olahraga aktif yang berkenaan dengan seluk-beluk gerak yang dilakukan dalam olahraga, dan hakikat olahraga pasif atau penghayatan terhadap pergelaran olaharaga.
g.      Filsafat religi
Menyelidiki religi sebagai hubungan dengan Tuhan dan hubungannnya dengan pengalaman lainnya, kebenaran kepercayaan-kepercayaan religious, serta nilai-nilai, sika-sikap, dan perbuatan-perbuatan religius.
h.      Filsafat logika
Yang menyelidiki kebenaran, tata bahasa, lingkup dan penyimpangan logika sebagai seni dan ilmu penalaran.
i.        Filsafat ilmu
Menyelidiki struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah serta makna teoritis dan praktis dari ilmu.
j.        Filsafat pendidikan
Menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya, serta hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya.[2]












Status Filsafat Ilmu Pendidikan Sebagai Filsafat

FILSAFAT

Ontologi

Metafisika

Aksiologi

Filsafat Khusus

Filsafat Umum

Epistemologi

Filsafat      Pendidikan

Filsafat Praktek Pendidikan

Logika

Kosmologi

Humanologi

Teologi

Induksi

Deduksi

Etika

Estetika

Filsafat Hukum

Filsafat Sejarah

Filsafat Seni

Filsafat Ilmu Pendidikan

Filsafat Proses Pendidikan

Filsafat Sosial Pendidikan

Ontologi
Ilmu Pendidikan

Epistemologi
Ilmu Pendidikan

Metodologi
Ilmu Pendidikan

Aksiologi
Ilmu Pendidikan
 




























B.     PENDIDIKAN
1.      Pengertian Pendidikan
Dalam pengertian sempit pendidikan adalah sekolah atau persekolahan (schooling).
Atau pendidikan dalam arti sempit yaitu pengaruh yang diupayakan dan direkayasa sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mereka mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.[3]
Dalam pengertian maha luas pendidikan adalah sama dengan hidup.
Pendidikan adalah segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan adalah pengalaman belajar. Oleh karena itu pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya.[4]
Tujuan pendidikan adalah tidak berada diluar pengalaman belajar, tetapi terkandung dan melekat didalamnya.
Misi atau tujuan pendidikan yang tersirat dalam pengalaman belajar memberi hikmah tertentu bagi pertumbuhan seseorang.[5]   

C.    PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normative ilmiah, yaitu:
a.       Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsepsi tentang sifat hakekat manusia, serta konsepsi hakekat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b.      Kegiatan merumuskan system atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, methodology pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat Negara.[6]
Dalam keputakaan ilmu pendidikan, terutama sejarah pendidikan ditetapkan bahwa filsafat pendidikan dianggap sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri., lair sebagai disiplin ilmu pada tahun 1908, pada saat itu dengan judul “philosophy of education” atau filsafat pendidikan dan kita terima sampai saat ini.
Asumsi dasar lahirnya filsafat pendidikan. Dua asumsi dasar dari lahirnya cabang ilmu, atau disiplin ilmu yang berdiri sendiri yaitu filsafaat pendidikan, adalah pertama bahwa asumsi ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan normative, yang berarti bahwa ilmu pendidikan merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma, atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku yang seharusnya dilaksanakan manusia, yaitu makhluk ynag bernama manusia yang hidup didalam masyarakat manusia.
Sesuai dengan asumsi diatas, maka ilmu pendidikan berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan normative, seperti agama, filsafat dan kebudayaan serta ilmu sosiologi, sebagai desiplin ilmu yang merupakan sumber norma dan nilai hidup dan pendidikan. Dengan demikian way of life sosial masyarakat, kaidah fundamental Negara dan tradisi kebudayaan bangsa dapat dimasukan kedalam kategori pengertian diatas.
Asumsi dasar kedua dari lahirnya filsafat pendidikan adalah bahwa ilmu pendidikan merupakan ilmu pengetahuan praktis, artinya bahwa tugas budaya dari pada pendidikan sebagai aspek kebudayaan adalah menyalurkan dan melestarikan nilai-nilai dari aspek-aspek kebudaiaan dari generasi yang satu kegenerasi saelanjutnya untuk dikembangkan kearah tujuan ynag lebih baik dan sempurna. Asumsi yang kedua ini juga berarti bahwa tugas pendidik adalah menanamkan nilai norma ukuran tingkah laku kepada anak didik, yang mungkin bersumber pada dasar-dasar agama, filsafat atau tradisi kebudaiaan tertentu sampai kaidah pundamental Negara.  [7]
D.    ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Suatu system matika kategorisasi klasifikasi aliran filsafat pendidikan seperti tertera dibawah ini :
1.      Kategori filsafat pendidikan akademis skolastik. Kategori ini meliputi dua kelompok yang tradisional meliputi aliran perennialisme, essensialisme, idealism dan realism, dan kelompok progressif meliputi progresivisme, rekonstoksionisme dan eksistensialisme.
2.      Kategori filssafat religious theistis meliputi segala macam aliran agama yang paling tidak terdiri atas empat besar agama didunia ini, dengan segala variasi sekte-sekte agama masing-masing.
3.      Kategori filsafat pendidikan sosial politik. Kategori ini dalam sejarahnya dikenal bermacam aliran, yaitu humanism, nasionalisme, liberalism, sekularisme, rasisme, dan sosialisme.[8]

E.     PERANAN FILSAFAT  PENDIDIAN

Beberapa nilai manfaat yang mungkin dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat pendidikan bagi setiap pendidik atau guru seperti :
1.      Memberikan kesempatan kepada setiap pendidik untuk membiasakan diri mengadakan perenungan mendalam, atau berteori, betapapun kurang atau belum sempurnanya teori tersebut.
2.      Akan memberikan pengertian yang mendalam akan problema esensial dan dasar-dasar pertimbangan mana yang harus kita gunakan dalam menyelesaikan problem pendidikan.
3.      Membiasakan para pendidik dan guru agar mengutamakan berfikir kritis dan reflektif dalam menyelesaikan problema-problema kehidupan dan penghidupan manusia dan terutama problema yang mendasar dalam pendidikan.
4.      Memberikan kesempatan pada pendidik dan guru untuk selalu berusaha meninjau kembali pandangan dasar-dasar filsafat pendidikan yang selama ini diyakini kebenarannya.
5.      Bahwa berdasar atas kenyataan keragaman aliran-aliran filsafta pendidikan dalam pengertian betapa banyaknya pandangan-pandangan tentang dasar-dasr dan tujuan pendidikan, maka dituntut pada mereka para pendidik dan guru untuk meninjau segala perbedaan tersebut secara kritis, reflektif, bebas dan terbuka.[9]
a.      Peranan Filsafat bagi Ilmu dan Terknologi
            Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek-aspek dan dimensi-dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia. Konsep-konsep tersebut sangat berguna untuk menungkatkan pemahaman kita tentang berbagai aspek dan dimensi pendidikan.
            Konsep-konsep ilmiah pendidikan memperluas khazanah pengetahuan tentang tingkah laku manusia sebagai individu atau pribadi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk susila. Hal inimengandung arti bahwa konsep-konsep ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu pendidikan memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap perkembangan ilmu-ilmu (behavioral sciences)dan ilmu-ilmu sosial.
            Secara teoritis, rentang tingkup dan wawasan ilmu-ilmu tingkah laku dan ilmu-ilmu sosial diperluas dan diperkaya oleh konsep-konsep ilmiah pendidikan. Masuknya pendidikan sebagai objek penyelidikan ilmu-ilmu tingkah laku dan ilmu-ilmu sosial menyebabkan perubahan-perubahan yang berarti dalam penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan dalam cabang-cabang ilmu yang menjadi komponen-komponen ilmu-ilmu tingkah laku dan ilmu-ilmu sosial.
b.      Kegunaan bagi filsafat
Konsep-konsep ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu pendidikan scara potensial dapat mengundang berkembangnya kritik pendidikan, baik yang datang dari kalangan para pengamat pendidikan pada umumnya, maupun yang datang dari kalangan para professional pendidikan yang termasuk didalamnya para ilmuwan pendidikan, para filosof pendidikan serta para pengelola dan pengembang pendidikan. Maraknya kritik pendidikan memnberikan kondisi yang menunjang pada beekembangnya Filsafat ilmu pendidikan. Konsep-konsep ilmiah yang dihasilkannya, secara potensial merupakan objek materialdari filsafat ilmu pendidikan. Bila filsafat ilmu pendidikan dapat berkembang dengan subur dan sehat, maka akan mendorong berkembangnya kajian-kajian yang intensif dan ekstensif terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan, secara potensial mendorong berkembangnya riset-riset ilmiah yang tertuju pada pengujian-pengujian kebenaran dan kepalsuan konsep-konsep ilmiah pendidikan.
Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany manfaat mempelajari filsafat pendidikan sebagai berikut :
1.      Filsafat dapat menolong para perancang pendidik dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Disamping itu dapat menolong terhadap tujuan dan fungsi serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan dan keputusan termasuk rancangan-rancangan pendidikan mereka. Selain itu ia juga berguna untuk memperbaiki peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaidah dan cara mereka mengajar dan mencakup penilaian, bimbingan dan penyuluhan.
2.      Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran yang baik. Dalam pengertian yang terbaru, penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi-institusi pendidikan secara umum untuk mendidik angkatan baru dan warga Negara dan segala yang berkaitan dengan itu.
3.      Sedangkan filsafat pendidikan islam akan menolong dalam memberikan pendalaman pikiran bagi factor-faktor spiritual, kebudayaan,sosial, ekonomi, dan politik di Negara kita.[10]

c.       Kegunaan bagi praktek pendidikan
Pemahaman tenaga kependidikan cara komperhensif dan sisitematis turut serta dalam menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam melakukan tugas-tugas profesionalnya. Hal ini terjadi karena konsep-konsep ilmiah pendidikan menerangkan prinsip-prinsip bagaiman orang melakukan pendidikan.
Konsep-konsep yang dihasilkan oleh pendidikan secara langsung atau tidak langsung dapat berguna bagi upaya peningkatan kelamcaran dan keberhasilan praktek pendidikan, baik dalam bentuk kegiatan pendidikan maupun pengelolaan pendidikan. Hasil penelitian arora kamla menyatakan bahwa karakterinsik pribadi yang sangat berpengaruh terhadap efektifitas guru mengajar adalah :
1.      Kepercayaan diri
2.      Rasa wajib dan tanggung jawab
3.      Suara yang merdu dank has
4.      Kesehatan yang baik
Hasil penelitian yang lain menurut arora kamla bahwa karakterinsik professional yang sangat mempengaruhi efektifitas guru mengajar adalah dengan kemampuan-kemampuan :
1.      Menerangkan dengan jelas topic-topik yang menjadi bahan ajar
2.      Menyajikan dengan jelas tentang mata pelajaran
3.      Merorganisasikan secara sistematis tentang mata pelajaran
4.      Berekpresi
5.      Membangkitkan dorongan dan minat siswa untuk belajar
6.      Menyusun rencana dan persiapan mengajar

d.      Kegunaan bagi seni pendidikan
Disamping memberi kemungkinan berkembangnya teknologi, menerapkan konsep-konsep ilmiah tentang pendidikan dalam praktek, dapat pula memberi peluang pada berkembangnya seni pendidikan. Sebuah kegiatan pendidikan dikatan sebuah seni pendidikan apabila kegiatan tersebut tidak saja mencapai hasil yang diharapkan, tetapi proses pelaksanaannya dapat memberi keasikan dan kesenangan baik bagi peserta didik maupun pendidiknya.
 Dalam kegiatan pendidikan sebagai seni, berlangsungnya suatu proses hubungan sosial melibatkan emosi yang cukup mendalam dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini mengandung arti bahwa penerapan konsep-konsep ilmiah pendidikan dalam praktek pendidikan perlu memperhitungkan terpenuhinya kebutuhan emosional berupa rasa puas, rasa senang atau rasa sejenisnya. Dengan demikian bentuk penerapan atau pengemasan konsep-konsep ilmiah pendidikan tidak saja harus tepat dalam mengtasi masalah yang dihadapi praktek pendidikan, tetapi harus pula memberikan kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan dalam penggunaannya.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan suatu lapangan studi yang mengarahkan surat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada  fungsi tugas normative ilmiah yaitu kegiatan memutuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsepsi tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta itu moral pendidikannya, kegiatan merumuskan system atau teori pendidikan (science of education)
Beberapa nilai manfaat yang mungkin dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat pendidikan bagi setiap pendidik atau guru seperti : Memberikan kesempatan kepada setiap pendidik untuk membiasakan diri mengadakan perenungan mendalam, memberikan pengertian yang mendalam akan problema esensial, Membiasakan para pendidik dan guru agar mengutamakan berfikir kritis dan  reflektif, Memberikan kesempatan pada pendidik dan guru untuk selalu berusaha meninjau kembali pandangan dasar-dasar filsafat pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA

Mudyaharjo,Redja. Filsafat Ilmu Pendidikan. 2001. Bandung. Remaja Rosdakarya
Saifullah, Alli. Filsafat  dan Pendidikan. 1977. Surabaya: Usaha Nasional
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan islam. 2001. Jakarta. Logos Wacana Ilmu




Saifullah, Alli. Filsafat  dan Pendidikan. 1977. Surabaya: Usaha Nasional. Hal : 37-38
 Mudyaharjo,Redja. Filsafat Ilmu Pendidikan. 2001. Bandung. Remaja Rosdakarya : Hal : 3-5
Ibid, hal :49
Ibid Hal : 45
 Ibid : Hal : 47
Saifullah, Alli. Filsafat  dan Pendidikan. 1977. Surabaya: Usaha Nasional. Hal : 133
Saifullah, Alli. Filsafat  dan Pendidikan. 1977. Surabaya: Usaha Nasional. Hal : 118-119
Ibid, Hal : 136-137
Ibid
, Hal : 140 Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan islam. 2001. Jakarta. Logos Wacana Ilmu. Hal : 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar