Peranan
Filsafat Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat pendidikan merupakan suatu
lapangan studi yang mengarahkan surat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya
pada fungsi tugas normative ilmiah yaitu
kegiatan memutuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsepsi tentang
sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta
itu moral pendidikannya, kegiatan merumuskan system atau teori pendidikan
(science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidik
atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan atau pengajaran, termasuk
pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan
Negara.
Indonesia masih banyak pengajar-pengajar
atau pendidik-pendidik yang mempunyai kendala dalam pendidikan atau
belajar-mengajar. Salah satunya yaitu ketidak pahaman para peserta didik dalam
menerima pelajaran dari pendidik. Hal ini dikarenakan pendidik belum menerapkan
poin-poin yang ada dalam sejarah filsafat pendidikan.
Pada kenyataannya filsafat pendidikan
seharusnya diterapkan dalam bidang politik, sosial, agama maupun ekonomi.
Terutama dalam bidang pengajaran yang ada dalam sekolah-sekolah atau perguruan
tinggi. Karena dalam filsafa pendidikan membahas cakupan yang lebih luas dan
lebih mendalam (radix) dan melalui pendekatan filosofis atau pola-pola
pemkiran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
FILSAFAT
Theodore Brameld dalam bukunya
menyatakan salah satu definisi filsafat adalah “the discipline concerned with
the formulation of pricise meaning,” dimana menimbulkan kemungkinan suatu
istilah yang sama diartikan yang berbeda dan sebaliknya. Tentang nilai yang
disebut sebagai ethos, maka definisi filsafat adalah ‘the symbolic expression
of culture.” Sehingga arti sesuatu konsep tidak berarti sendiri dan selalu dikaitakn
dan berkaitan dengan latar belakang filsafat dan kebudayaannya.[1]
Filsafat Umum
dan Khusus
Filsafat
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Filsafat Umum atau Filsafat Murni dan
Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.
Filsafat
umum mempunyai objek
(1) Hakikat
kenyatan segala sesuatu (Metafisiska), yang termasuk didalamnya hakikat
kenyataan secara keseluruhan (Ontologi), kenyataan tentang alam atau
kosmos(Kosmologi), kenyataan tentang manusia (Humanologi), dan Kenyataan
tentang Tuhan (Teologi)
(2) Hakikat
mengetahui kenyataan (Epistomologi)
(3) Hakikat
menyusun kesimpulan pengetahuan tentang kenyataan (Logika)
(4) Hakikat
menilai kenyataan (Aksiologi), antara lain tentang hakikat nilai yang
berhubungan dengan baik dan jahat (etika) serta nilai yang berhubungan dengan indah
dan buruk (Estetika).
Filsafat Khusus mempunyai objek kenyataan salah satu
aspek kehidupan manusia yang penting.
Cabang-cabang Fisafat khusus antara
lain sebagai berikut :
a. Filsafat
hukum
Yang menyelediki
hukum sebagai suatu bentuk yang sangat khas dari pengawasan sosial dalam sebuah
masyarakat yang terorganisasi berdasarkan politik yang dianut, bagaimana
masyarakat tersebut mempertahankannya dan bagaimana pelaksanaannya melalui
suatu proses yuridis dan administratif.
b. Filsafat
sejarah
Yang menyelidiki
metafisika sejarah yang berkenaan dengan latar belakang, sebab-sebab dan
hukum-hukum yang mendasar, makna dan motivasi perkembangan manusia sebagai
makhluk sosial dalam batas-batas kausalitas psikofisik, serta logika sejarah
yang berkenaan dengan pemahaman sejarah.
c. Filsafat
seni
Yang menyelidiki
hakikat nilai-nilai estetis, yaitu nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam
alam dan karya seni dalam segala bentuk dan maknanya.
d. Filsafat
moral
Menyelidiki
makna tentang baik yang berhubungan dengan tujuan hidup, makna kewajiban yang
berhubungan dengan hukum, dan makna kebajikan yang berhubungan dengan
kesetujuan dan ketidaksetujuan.
e. Filsafat
sosial
Menyelidiki
masalah keberadaan saling berhubungan anatara manusia dengan masyarakat,
perangkat nilai-nilai asosiatif yang tertuju pada proses sosial yang terarah,
kekuatan dan kekuasaan Negara, pengawasan sosialyang berkenaan dengan hukum dan
hak, kewajiban politik dan keadilan.
f. Filsafat
olahraga
Menyelidiki
hakikat olahraga aktif yang berkenaan dengan seluk-beluk gerak yang dilakukan
dalam olahraga, dan hakikat olahraga pasif atau penghayatan terhadap pergelaran
olaharaga.
g. Filsafat
religi
Menyelidiki
religi sebagai hubungan dengan Tuhan dan hubungannnya dengan pengalaman
lainnya, kebenaran kepercayaan-kepercayaan religious, serta nilai-nilai,
sika-sikap, dan perbuatan-perbuatan religius.
h. Filsafat
logika
Yang menyelidiki
kebenaran, tata bahasa, lingkup dan penyimpangan logika sebagai seni dan ilmu
penalaran.
i.
Filsafat ilmu
Menyelidiki
struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah serta makna teoritis
dan praktis dari ilmu.
j.
Filsafat pendidikan
Menyelidiki
hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar
belakang, cara dan hasilnya, serta hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut
dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya.[2]
Status Filsafat
Ilmu Pendidikan Sebagai Filsafat
FILSAFAT
|
Ontologi
|
Metafisika
|
Aksiologi
|
Filsafat
Khusus
|
Filsafat
Umum
|
Epistemologi
|
Filsafat Pendidikan
|
Filsafat
Praktek Pendidikan
|
Logika
|
Kosmologi
|
Humanologi
|
Teologi
|
Induksi
|
Deduksi
|
Etika
|
Estetika
|
Filsafat
Hukum
|
Filsafat
Sejarah
|
Filsafat
Seni
|
Filsafat
Ilmu Pendidikan
|
Filsafat
Proses Pendidikan
|
Filsafat
Sosial Pendidikan
|
Ontologi
Ilmu
Pendidikan
|
Epistemologi
Ilmu
Pendidikan
|
Metodologi
Ilmu
Pendidikan
|
Aksiologi
Ilmu
Pendidikan
|
B.
PENDIDIKAN
1.
Pengertian
Pendidikan
Dalam
pengertian sempit pendidikan adalah sekolah atau persekolahan (schooling).
Atau
pendidikan dalam arti sempit yaitu pengaruh yang diupayakan dan direkayasa
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mereka
mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap
hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.[3]
Dalam
pengertian maha luas pendidikan adalah sama dengan hidup.
Pendidikan
adalah segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan
adalah pengalaman belajar. Oleh karena itu pendidikan dapat pula didefinisikan
sebagai keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya.[4]
Tujuan
pendidikan adalah tidak berada diluar pengalaman belajar, tetapi terkandung dan
melekat didalamnya.
Misi atau tujuan
pendidikan yang tersirat dalam pengalaman belajar memberi hikmah tertentu bagi
pertumbuhan seseorang.[5]
C.
PENGERTIAN
FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat
pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan
memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normative ilmiah, yaitu:
a. Kegiatan
merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsepsi tentang sifat
hakekat manusia, serta konsepsi hakekat dan segi-segi pendidikan serta isi
moral pendidikannya.
b. Kegiatan
merumuskan system atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi
politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan,
methodology pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan
peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat Negara.[6]
Dalam keputakaan ilmu pendidikan, terutama sejarah
pendidikan ditetapkan bahwa filsafat pendidikan dianggap sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri., lair sebagai disiplin ilmu pada tahun 1908,
pada saat itu dengan judul “philosophy of education” atau filsafat pendidikan
dan kita terima sampai saat ini.
Asumsi dasar lahirnya filsafat pendidikan. Dua
asumsi dasar dari lahirnya cabang ilmu, atau disiplin ilmu yang berdiri sendiri
yaitu filsafaat pendidikan, adalah pertama bahwa asumsi ilmu pendidikan adalah
ilmu pengetahuan normative, yang berarti bahwa ilmu pendidikan merupakan
disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma, atau nilai yang akan
dijadikan ukuran tingkah laku yang seharusnya dilaksanakan manusia, yaitu
makhluk ynag bernama manusia yang hidup didalam masyarakat manusia.
Sesuai dengan asumsi diatas, maka ilmu pendidikan
berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan normative, seperti agama, filsafat dan
kebudayaan serta ilmu sosiologi, sebagai desiplin ilmu yang merupakan sumber norma
dan nilai hidup dan pendidikan. Dengan demikian way of life sosial masyarakat,
kaidah fundamental Negara dan tradisi kebudayaan bangsa dapat dimasukan kedalam
kategori pengertian diatas.
Asumsi dasar kedua dari lahirnya filsafat pendidikan
adalah bahwa ilmu pendidikan merupakan ilmu pengetahuan praktis, artinya bahwa
tugas budaya dari pada pendidikan sebagai aspek kebudayaan adalah menyalurkan
dan melestarikan nilai-nilai dari aspek-aspek kebudaiaan dari generasi yang
satu kegenerasi saelanjutnya untuk dikembangkan kearah tujuan ynag lebih baik
dan sempurna. Asumsi yang kedua ini juga berarti bahwa tugas pendidik adalah
menanamkan nilai norma ukuran tingkah laku kepada anak didik, yang mungkin
bersumber pada dasar-dasar agama, filsafat atau tradisi kebudaiaan tertentu
sampai kaidah pundamental Negara. [7]
D.
ALIRAN-ALIRAN
FILSAFAT PENDIDIKAN
Suatu
system matika kategorisasi klasifikasi aliran filsafat pendidikan seperti
tertera dibawah ini :
1. Kategori
filsafat pendidikan akademis skolastik. Kategori ini meliputi dua kelompok yang
tradisional meliputi aliran perennialisme, essensialisme, idealism dan realism,
dan kelompok progressif meliputi progresivisme, rekonstoksionisme dan
eksistensialisme.
2. Kategori
filssafat religious theistis meliputi segala macam aliran agama yang paling
tidak terdiri atas empat besar agama didunia ini, dengan segala variasi
sekte-sekte agama masing-masing.
3. Kategori
filsafat pendidikan sosial politik. Kategori ini dalam sejarahnya dikenal
bermacam aliran, yaitu humanism, nasionalisme, liberalism, sekularisme,
rasisme, dan sosialisme.[8]
E.
PERANAN
FILSAFAT PENDIDIAN
Beberapa
nilai manfaat yang mungkin dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat
pendidikan bagi setiap pendidik atau guru seperti :
1. Memberikan
kesempatan kepada setiap pendidik untuk membiasakan diri mengadakan perenungan
mendalam, atau berteori, betapapun kurang atau belum sempurnanya teori
tersebut.
2. Akan
memberikan pengertian yang mendalam akan problema esensial dan dasar-dasar
pertimbangan mana yang harus kita gunakan dalam menyelesaikan problem
pendidikan.
3. Membiasakan
para pendidik dan guru agar mengutamakan berfikir kritis dan reflektif dalam
menyelesaikan problema-problema kehidupan dan penghidupan manusia dan terutama
problema yang mendasar dalam pendidikan.
4. Memberikan
kesempatan pada pendidik dan guru untuk selalu berusaha meninjau kembali
pandangan dasar-dasar filsafat pendidikan yang selama ini diyakini
kebenarannya.
5. Bahwa
berdasar atas kenyataan keragaman aliran-aliran filsafta pendidikan dalam
pengertian betapa banyaknya pandangan-pandangan tentang dasar-dasr dan tujuan
pendidikan, maka dituntut pada mereka para pendidik dan guru untuk meninjau
segala perbedaan tersebut secara kritis, reflektif, bebas dan terbuka.[9]
a.
Peranan
Filsafat bagi Ilmu dan Terknologi
Hasil
ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek-aspek dan
dimensi-dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia.
Konsep-konsep tersebut sangat berguna untuk menungkatkan pemahaman kita tentang
berbagai aspek dan dimensi pendidikan.
Konsep-konsep
ilmiah pendidikan memperluas khazanah pengetahuan tentang tingkah laku manusia
sebagai individu atau pribadi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk
susila. Hal inimengandung arti bahwa konsep-konsep ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu
pendidikan memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap perkembangan
ilmu-ilmu (behavioral sciences)dan ilmu-ilmu sosial.
Secara
teoritis, rentang tingkup dan wawasan ilmu-ilmu tingkah laku dan ilmu-ilmu
sosial diperluas dan diperkaya oleh konsep-konsep ilmiah pendidikan. Masuknya
pendidikan sebagai objek penyelidikan ilmu-ilmu tingkah laku dan ilmu-ilmu
sosial menyebabkan perubahan-perubahan yang berarti dalam
penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan dalam cabang-cabang ilmu yang menjadi
komponen-komponen ilmu-ilmu tingkah laku dan ilmu-ilmu sosial.
b.
Kegunaan
bagi filsafat
Konsep-konsep
ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu pendidikan scara potensial dapat mengundang
berkembangnya kritik pendidikan, baik yang datang dari kalangan para pengamat
pendidikan pada umumnya, maupun yang datang dari kalangan para professional
pendidikan yang termasuk didalamnya para ilmuwan pendidikan, para filosof
pendidikan serta para pengelola dan pengembang pendidikan. Maraknya kritik
pendidikan memnberikan kondisi yang menunjang pada beekembangnya Filsafat ilmu
pendidikan. Konsep-konsep ilmiah yang dihasilkannya, secara potensial merupakan
objek materialdari filsafat ilmu pendidikan. Bila filsafat ilmu pendidikan
dapat berkembang dengan subur dan sehat, maka akan mendorong berkembangnya
kajian-kajian yang intensif dan ekstensif terhadap konsep-konsep ilmiah
pendidikan, secara potensial mendorong berkembangnya riset-riset ilmiah yang
tertuju pada pengujian-pengujian kebenaran dan kepalsuan konsep-konsep ilmiah
pendidikan.
Menurut Omar Mohammad
al-Toumy al-Syaibany manfaat mempelajari filsafat pendidikan sebagai berikut :
1. Filsafat
dapat menolong para perancang pendidik dan orang-orang yang melaksanakannya
dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.
Disamping itu dapat menolong terhadap tujuan dan fungsi serta meningkatkan mutu
penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan dan keputusan termasuk
rancangan-rancangan pendidikan mereka. Selain itu ia juga berguna untuk
memperbaiki peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaidah dan cara mereka
mengajar dan mencakup penilaian, bimbingan dan penyuluhan.
2. Filsafat
pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam
arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu
bagi setiap pengajaran yang baik. Dalam pengertian yang terbaru, penilaian
pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah,
institusi-institusi pendidikan secara umum untuk mendidik angkatan baru dan
warga Negara dan segala yang berkaitan dengan itu.
3. Sedangkan
filsafat pendidikan islam akan menolong dalam memberikan pendalaman pikiran
bagi factor-faktor spiritual, kebudayaan,sosial, ekonomi, dan politik di Negara
kita.[10]
c.
Kegunaan
bagi praktek pendidikan
Pemahaman
tenaga kependidikan cara komperhensif dan sisitematis turut serta dalam
menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam melakukan tugas-tugas profesionalnya.
Hal ini terjadi karena konsep-konsep ilmiah pendidikan menerangkan
prinsip-prinsip bagaiman orang melakukan pendidikan.
Konsep-konsep
yang dihasilkan oleh pendidikan secara langsung atau tidak langsung dapat
berguna bagi upaya peningkatan kelamcaran dan keberhasilan praktek pendidikan,
baik dalam bentuk kegiatan pendidikan maupun pengelolaan pendidikan. Hasil
penelitian arora kamla menyatakan bahwa karakterinsik pribadi yang sangat
berpengaruh terhadap efektifitas guru mengajar adalah :
1. Kepercayaan
diri
2. Rasa
wajib dan tanggung jawab
3. Suara
yang merdu dank has
4. Kesehatan
yang baik
Hasil penelitian yang lain menurut arora kamla bahwa
karakterinsik professional yang sangat mempengaruhi efektifitas guru mengajar
adalah dengan kemampuan-kemampuan :
1. Menerangkan
dengan jelas topic-topik yang menjadi bahan ajar
2. Menyajikan
dengan jelas tentang mata pelajaran
3. Merorganisasikan
secara sistematis tentang mata pelajaran
4. Berekpresi
5. Membangkitkan
dorongan dan minat siswa untuk belajar
6. Menyusun
rencana dan persiapan mengajar
d.
Kegunaan
bagi seni pendidikan
Disamping
memberi kemungkinan berkembangnya teknologi, menerapkan konsep-konsep ilmiah
tentang pendidikan dalam praktek, dapat pula memberi peluang pada berkembangnya
seni pendidikan. Sebuah kegiatan pendidikan dikatan sebuah seni pendidikan
apabila kegiatan tersebut tidak saja mencapai hasil yang diharapkan, tetapi
proses pelaksanaannya dapat memberi keasikan dan kesenangan baik bagi peserta
didik maupun pendidiknya.
Dalam kegiatan pendidikan sebagai seni,
berlangsungnya suatu proses hubungan sosial melibatkan emosi yang cukup
mendalam dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini mengandung arti bahwa penerapan
konsep-konsep ilmiah pendidikan dalam praktek pendidikan perlu memperhitungkan
terpenuhinya kebutuhan emosional berupa rasa puas, rasa senang atau rasa
sejenisnya. Dengan demikian bentuk penerapan atau pengemasan konsep-konsep
ilmiah pendidikan tidak saja harus tepat dalam mengtasi masalah yang dihadapi
praktek pendidikan, tetapi harus pula memberikan kesenangan, kegembiraan dan
kenikmatan dalam penggunaannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan suatu
lapangan studi yang mengarahkan surat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya
pada fungsi tugas normative ilmiah yaitu
kegiatan memutuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsepsi tentang
sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta
itu moral pendidikannya, kegiatan merumuskan system atau teori pendidikan
(science of education)
Beberapa
nilai manfaat yang mungkin dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat
pendidikan bagi setiap pendidik atau guru seperti : Memberikan kesempatan
kepada setiap pendidik untuk membiasakan diri mengadakan perenungan mendalam, memberikan
pengertian yang mendalam akan problema esensial, Membiasakan para pendidik dan
guru agar mengutamakan berfikir kritis dan reflektif, Memberikan kesempatan pada pendidik
dan guru untuk selalu berusaha meninjau kembali pandangan dasar-dasar filsafat
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Mudyaharjo,Redja.
Filsafat Ilmu Pendidikan. 2001. Bandung. Remaja Rosdakarya
Saifullah,
Alli. Filsafat dan Pendidikan. 1977.
Surabaya: Usaha Nasional
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan islam. 2001.
Jakarta. Logos Wacana Ilmu
Saifullah, Alli. Filsafat
dan Pendidikan. 1977. Surabaya: Usaha Nasional. Hal : 37-38
Mudyaharjo,Redja. Filsafat Ilmu Pendidikan. 2001. Bandung. Remaja
Rosdakarya : Hal : 3-5
Ibid, hal :49
Ibid Hal : 45
Ibid : Hal : 47
Saifullah, Alli. Filsafat
dan Pendidikan. 1977. Surabaya: Usaha Nasional. Hal : 133
Saifullah, Alli. Filsafat
dan Pendidikan. 1977. Surabaya: Usaha Nasional. Hal : 118-119
Ibid, Hal : 136-137
Ibid
, Hal : 140 Nata, Abuddin. Filsafat
Pendidikan islam. 2001. Jakarta. Logos Wacana Ilmu. Hal : 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar